BABAD BANYUMAS 26: Adipati Wirasaba Trah Paguwan

Standar

Sama seperti Raden Baribin, bangsawan Majapahit yang kemudian menikah dengan putri Pajajaran, Ratna Pamekas, ternyata demikian juga dengan Raden Paguwan.

Adipati Wirasaba pertama tersebut menikah dengan putri Pakuwan Parahyangan juga. Istrinya adalah putri dari Prabu Mundingkawati dari Kerajaan Cirindangbarang Sidamar.

Konon, sebagai menantu kesayangan, Raden Paguwan kemudian mendapat pusaka seperangkat gamelan “Gongso Sledro” yang kemudian menjadi pusaka Kadipaten Wirasaba. Setelah kekuasaan pindah ke Banyumas, gamelan tersebut menjadi pusaka Kadipaten Banyumas. Pada masa Adipati Banyumas, Yudanegara III, menjadi Patih Kesultanan Jogjakarta, gamelan tersebut turut diboyong ke Mataram kemudian diberi nama Kyai Surakwaja.

Dalam Babad Banyumas Mertadiredjan tidak banyak mengisahkan tentang Raden Paguwan atau yang bergelar Adipati Wira Hudaya. Sebagai Adipati Wirasaba hanya dicatat pada masa akhir kepemimpinannya saja.

Dikisahkan karena sudah merasa tua, ketika mengirimkan upeti ke Majapahit, membawa serta anaknya, Raden Urang.

Pada Patih Majapahit, Raden Paguwan melapor, “Ki Patih, tolong sampaikan penghormatan hamba pada sang raja. Juga upeti hamba tolong sampaikan. Seluruh hasil bumi Wirasaba. Karena hamba sudah tua, bila raja mengijinkan, hamba mengajukan anak hamba, Raden Urang, untuk menggantikan bertakhta di Wirasaba. Hamba ingin turun taktha.”

Keinginan tersebut kemudian dikabulkan Raja Majapahit. Sang raja berkata pada patihnya, “Baiklah, saya terima keinginan Adipati Wirasaba. Saya kabulkan permohonannya. Saya akan angkat anaknya menjadi adipati bergelar Adipati Kaurang. Bertaktha di Wirasaba.”

Sesampai di Wirasaba, keputusan dari Majapahit disampaikan kepada seluruh kerabatnya.

Raden Paguwan berkata, “Wahai seluruh saudara saya, seluruh keluarga besar saya. Saksikanlah oleh kalian semua. Bahwa anak saya yang bernama Raden Urang, atas perintah dari sang Prabu Brawijaya telah diangkat menjadi Adipati di Wirasaba. Gelarnya adalah Adipati Kaurang.”

Dicatat dalam Babad Banyumas, semua keluarga menyambut pelantikan itu. Semua serempak menjawab setuju. Semua senang mendengarnya. Kemudian digelar perayaan semalam suntuk lamanya. Rakyat Wirasaba menyambutnya. Menaati penuh penghormatan.

Dikisahkan  kesejahteraan rakyat Kadipaten Wirasaba terjamin selama kepemimpinan Adipati Kaurang. Sampai akhirnya Raden Paguwan meninggal dan dimakamkan di Wirasaba.

Babad Banyumas melanjukan catatannya. Bahwa Adipati Kaurang mempunyai dua orang anak. Anak pertama adalah Raden Bagus Surawin, dari permaisuri. Sedangkan dari selir adalah Raden Bagus Buwang.

Setelah lama berkuasa menjadi Adipati Wirasaba kemudian Adipati Kaurang meninggal. Dimakamkan di Wirasaba. Sang anak, Raden Bagus Surawin menghadap ke Majapahit mengantarkan upeti.

Sesampai di Majapahit yang dituju adalah kediaman Ki Patih.

Bagus Surawin menyembah, “Hamba membawa kabar bahwa ayahanda sudah meninggal. Juga mengantarkan upeti, semoga sudi menerima seluruh hasil bumi Wirasaba.”

Seperti penggantian kekuasaan sebelumnya, Raja Majapahit memberikan restunya. Raden Bagus Surawin menjadi Adipati Wirasaba. Bergelar sama dengan ayahnya, Wira Hutama II.

Dicatat dalam Babad Banyumas, Raja Majapahit yang melantik Raden Bagus Surawin pada waktu itu adalah Prabu Ardiwijaya. Karena Prabu Brakumara sudah meninggal dunia karena tua.

Prabu Brakumara adalah ayah dari Prabu Ardiwijaya dan Raden Baribin.

Raden Bagus Surawin atau Adipati Wira Hutama II inilah yang kemudian mengangkat anak Raden Katuhu, putra Raden Baribin.

Dalam Babad Banyumas semua adipati Wirasaba ditulis dengan sebutan Ki Paguwan. Baik Raden Paguwan sabagai Adipati Wirasaba I, Raden Urang sebagai Adipati Wirasaba II, maupun Raden Surawin sebagai Adipati Wirasaba III. Karena mereka memang trah Paguwan yang dimungkinkan dari Bhre Paguhan.

Raden Katuhu lah yang memotong trah Paguwan tersebut. Ia menjadi Adipati Wirasaba bukan karena keturunan Raden Paguwan. Melainkan sebagai bangsawan Majapahit yang mendapat restu dari kerajaan langsung. Sebagai anak Raden Baribin, keponakan Raja Majapahit, Prabu Ardiwijaya.

Setelah Raden Katuhu menjadi Adipati Wirasaba IV, Raden Surawin atau Wira Hutama II menyingkir dari kadipaten. Menetap di utara kadipaten, pada sebuah dusun bernama Kecepit.

Setelah meninggal, mengikuti ayah dan kakeknya, dimakamkan juga di Pekuncen, Wirasaba.

Tinggalkan komentar