BABAD BANYUMAS 28: Bangga Bahagia Ki Ageng Buwara

Standar
Mengapa Ki Ageng Buwara bahagia Raden Katuhu jadi Adipati Wirasaba?

Dalam buku “Inti Silsilah dan Sedjrah Banyumas” dicatat, Pangeran Pujangga mempunyai anak sulung bernama Raden Paguwan dan anak bungsu bernama Ki Ageng Buwara.

Raden Paguwan kemudian menjadi Adipati Wirasaba pertama. Sementara Ki Ageng Buwara menetap di desa Buwara, menjadi seorang petani dengan ladang yang luas.

Ki Ageng Buwara mempunyai seorang anak laki-laki yang melanjutkan kepemimpinan di desa Buwara. Namanya mengikuti sang ayah, disebut Ki Ageng Buwara juga.

Ki Ageng Buwara II mempunyai dua orang anak. Anak pertama bernama Rara Westi. Menikah dengan anak Raden Paguwan, yakni Raden Urang, yang menjadi Adipati Wirasaba kedua.

Dari pernikahan itu lahirlah Raden Bagus Surawinata. Lebih dikenal dengan nama Raden Surawin, yang menjadi Adipati Wirasaba ketiga. Adipati ketiga inilah yang kemudian mengangkat anak Raden Katuhu, hingga akhirnya menggantikan menjadi Adipati Wirasaba keempat.

Dalam Babad Banyumas Mertadiredjan dikisahkan awal mula kedatangan Raden Katuhu di Wirasaba. Setelah lama terlunta-lunta kemudian sampailah di desa Buwara, menumpang hidup pada Ki Ageng Buwara.

Dalam tembang Maskumambang ditulis: “Pan kalunta-lunta prapteng talatah ing Nagari Wirasaba, ing Buwara kang den jogi, ngenger Ki Gede Buwara.”

Setiap hari Raden Katuhu diajak ke ladang membantu pekerjaan orang tuanya, menebang kayu di hutan. Setiap sore Raden Katuhu tidak mau diajak pulang bersama ayah angkatnya. Hingga Ki Ageng Buwara penasaran apa yang dilakukan sang anak.

Kejadian pada suatu sore hari, ketika Raden Katuhu masuk dalam api dan keluar dengan wajah bercahaya itulah yang membuat Ki Ageng Buwara melaporkan pada menantunya, Adipati Wira Hutama II, atau Raden Surawin.

Karena kesaktian itu Raden Katuhu diangkat anak juga oleh Adipati Wirasaba. Kemudian diberi kepercayaan mewakilinya datang ke Majapahit untuk mengirimkan upeti. Lalu, mendapat restu dari Raja Majapahit untuk menjadi Adipati Wirasaba dengan gelar Marga Hutama.

Ketika pulang dari Majapahit, Raden Katuhu langsung menghadap dua ayah angkatnya. Menyembah pada Adipati Wira Hutama II dan Ki Ageng Buwara. Ki Ageng Buwara duduk di sebelah anak angkatnya yang sudah menjadi adipati, menggantikan menantunya.

Babad Banyumas Mertadiredjan mencatatnya dalam tembang Asmarandana yang melambangkan kebahagiaan.

“Ki Ageng Buwara linggih, lan Dipati Martahutama, Ki Paguwan pasrah kabeh, sarupane bocah ing wang, kabeh wong Wirasaba, padha ngidhepa sadarum, ing maring anakingwang.”

Ki Ageng Buwara duduk di sebelah Adipati Marga Hutama. Ki Paguwan kemudian menyerahkan semuanya kepada anak angkatnya. Disampaikan pada seluruh rakyat agar tunduk patuh pada sang anak, Raden Katuhu.

“Ki Ageng Buwara linggih, kalawan dipati enggal, sakala lipur galihe.”

Ki Ageng Buwara duduk di sebelah Adipati Marga Hutama. Bahagia dan bangga hatinya.

Ki Ageng Buwara bangga dan bahagia karena ternyata anak angkatnya adalah keturunan Majapahit. Anak Raden Baribin, cucu Prabu Brakumara, raja besar Majapahit.

Tinggalkan komentar